Mengelola bisnis itu tidak hanya soal menjual produk atau mendapatkan banyak pelanggan, tapi juga soal bagaimana kamu mengatur arus keuangan usaha.
Faktanya, banyak usaha yang sebenarnya punya potensi besar tapi tumbang di tengah jalan. Alasannya simpel: manajemen keuangan yang berantakan.
Kalau keuanganmu tidak jelas, bisnis bisa tersendat. Untung besar pun bisa hilang begitu saja.
Nah, supaya hal itu tidak terjadi, yuk pelajari cara manajemen keuangan usaha yang bisa bikin bisnismu lebih terkontrol dan siap berkembang jangka panjang.
1. Pisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis
Ini kesalahan klasik yang sering banget dilakukan pebisnis pemula: uang bisnis dicampur dengan uang pribadi. Akibatnya? Keuangan jadi kacau, untung atau rugi pun nggak jelas arahnya.
Solusi praktis:
- Buka rekening bank khusus untuk bisnis (biar arus kas lebih transparan).
- Gunakan aplikasi pembukuan sederhana yang gampang dipakai.
- Catat dengan tegas berapa modal awal usahamu dan jangan dipakai untuk kebutuhan pribadi.
Bayangin deh, kalau keuangan sudah terpisah, kamu bisa tahu secara detail berapa profit murni bisnis, tanpa perlu pusing mikirin tagihan listrik rumah yang ikut tercatat di kas usaha.
2. Siapkan Dana Darurat
Bisnis itu penuh ketidakpastian. Kadang untung besar, kadang pemasukan seret. Nah, di sinilah dana darurat berperan sebagai tameng.
Idealnya, siapkan dana darurat minimal 3–6 bulan biaya operasional. Jadi, kalau penjualan menurun drastis, bahan baku naik, atau mesin produksi rusak, kamu nggak perlu panik atau buru-buru ngutang.
Ibarat payung saat hujan, dana darurat bikin bisnis tetap bisa berjalan meski kondisi lagi nggak bersahabat.
3. Catat Setiap Transaksi Secara Detail
Sering dianggap sepele, tapi pencatatan transaksi justru jadi “mata” bisnis. Sekecil apa pun uang keluar-masuk, catat semuanya.
Manfaat pencatatan transaksi:
- Kamu bisa pantau arus kas harian.
- Lebih mudah mengontrol utang dan piutang.
- Bisa mencegah kebocoran dana atau penyalahgunaan uang.
Tips praktis:
Gunakan aplikasi pencatatan seperti BukuWarung, Jurnal, atau bahkan Excel. Jangan andalkan ingatan saja, karena uang yang “hilang” tanpa catatan sering jadi biang kerok keuangan bisnis berantakan.
4. Buat Anggaran Usaha Secara Berkala
Kalau nggak ada anggaran, keuangan bisnis bisa “bocor” ke mana-mana. Anggaran ini berfungsi seperti peta jalan yang bantu kamu mengendalikan setiap rupiah yang keluar.
Contoh anggaran usaha:
- Biaya produksi (bahan baku, alat, gaji karyawan).
- Biaya promosi & marketing (iklan, media sosial).
- Biaya operasional bulanan (listrik, air, sewa tempat).
Jangan lupa evaluasi anggaran tiap bulan atau kuartal. Kalau ternyata biaya promosi kebanyakan tapi penjualan tetap sepi, berarti ada yang harus diubah. Dengan anggaran yang fleksibel, bisnis bisa lebih efisien dan tetap terkendali.
5. Kelola Utang dengan Bijak

Utang bukan hal yang salah, apalagi kalau digunakan untuk mengembangkan bisnis. Tapi yang jadi masalah, banyak pengusaha yang asal ambil pinjaman tanpa memperhitungkan kemampuan bayarnya.
Tips mengelola utang:
- Pinjam hanya untuk kebutuhan produktif (misalnya beli mesin produksi, bukan buat gaya-gayaan).
- Perhatikan tenor, bunga, dan cicilan supaya tidak memberatkan arus kas.
- Bayar cicilan tepat waktu agar tidak kena denda yang bikin biaya makin membengkak.
Utang yang sehat bisa jadi “bensin” untuk mempercepat pertumbuhan bisnis. Tapi kalau salah kelola, bisa jadi “bom waktu” yang bikin usaha pailit.
6. Buat Target Keuangan yang Realistis
Tanpa target, kamu nggak akan tahu sejauh mana bisnismu berkembang. Target ini bisa jadi tolak ukur sekaligus motivasi untuk terus melangkah.
Contoh target keuangan:
- Profit Rp10 juta dalam 6 bulan pertama.
- Omzet Rp100 juta di tahun pertama.
- Menambah 2 cabang usaha dalam 3 tahun.
Target keuangan ini jangan asal tinggi-tinggian, ya. Sesuaikan dengan kondisi bisnis saat ini. Kalau terlalu muluk, bisa bikin frustasi. Kalau terlalu rendah, perkembangan bisnis bisa stagnan.
7. Lakukan Evaluasi Keuangan Secara Rutin
Evaluasi itu ibarat “check-up” untuk kesehatan bisnis. Jangan tunggu ada masalah baru cek kondisi keuangan.
Hal yang perlu dievaluasi:
- Apakah target penjualan tercapai?
- Bagaimana kondisi arus kas?
- Apakah biaya operasional sudah efisien?
- Adakah kebocoran dana yang perlu segera diperbaiki?
Lakukan evaluasi minimal setiap bulan atau kuartal. Dengan begitu, kamu bisa cepat ambil tindakan sebelum masalah membesar.
8. Manfaatkan Teknologi untuk Mengelola Keuangan
Zaman sekarang, nggak perlu ribet lagi ngitung manual pakai buku kas. Ada banyak tools dan aplikasi keuangan yang bisa jadi asisten bisnismu.
Contoh tools yang bisa dipakai:
- Aplikasi pembukuan: BukuWarung, Jurnal, Kledo.
- Marketplace & payment gateway: Shopee, Tokopedia, Midtrans, dll.
- Spreadsheet online: Google Sheets untuk pencatatan tim agar lebih transparan.
Dengan teknologi, pencatatan lebih cepat, laporan lebih rapi, dan keputusan bisnis bisa diambil lebih tepat karena datanya real-time.
Mengatur keuangan usaha bukan hanya soal untung-rugi, tapi soal menjaga keberlangsungan bisnis.
Dengan memisahkan keuangan pribadi, menyiapkan dana darurat, mencatat transaksi, membuat anggaran, hingga menggunakan teknologi, bisnismu akan lebih terkontrol dan siap berkembang.
Ingat, manajemen keuangan yang baik adalah fondasi dari bisnis yang sehat. Jadi, jangan tunggu besar dulu baru diatur, justru atur sejak awal supaya usahamu bisa tumbuh berkelanjutan.









