Influencer marketing bukan sekadar tren musiman. Di era digital saat ini, kerja sama dengan influencer bisa jadi senjata ampuh untuk memperluas jangkauan, membangun kepercayaan, bahkan meningkatkan penjualan.
Tapi… jangan asal pilih influencer hanya karena jumlah follower-nya gede, ya!
Supaya nggak boncos dan hasilnya maksimal, yuk pelajari 7 strategi influencer marketing yang bisa bantu kamu memilih influencer yang tepat dan menciptakan kampanye yang impactful.
1. Tentukan Tujuan Kampanye dari Awal
Sebelum ngobrol sama influencer, pastikan kamu sudah tahu: apa yang ingin kamu capai?
Tujuan umum influencer marketing:
- Meningkatkan brand awareness
- Meningkatkan engagement
- Mengedukasi pasar
- Meningkatkan penjualan
Dengan menetapkan tujuan sejak awal, kamu bisa memilih influencer yang relevan dan membuat brief yang jelas. Jangan sampai kamu ingin jualan, tapi kampanyenya cuma bikin orang like tanpa beli.
2. Micro vs Macro Influencer: Mana yang Tepat?
Banyak brand tergoda bekerja sama dengan selebgram follower jutaan. Tapi sebenarnya, bigger isn’t always better.
Perbandingan singkat:
- Micro influencer (10k–100k followers):
- Biasanya punya engagement rate tinggi
- Audiens lebih loyal dan niche
- Biaya lebih terjangkau
Cocok buat brand yang ingin menjangkau target pasar spesifik.
- Macro influencer (100k–1M+ followers):
- Jangkauan luas
- Cocok untuk campaign awareness skala besar
- Tapi engagement rate bisa lebih rendah
Cocok untuk kampanye nasional, produk massal, atau launching besar.
Strategi cerdas? Gabungkan keduanya! Macro untuk awareness, micro untuk kepercayaan dan konversi.
3. Cek Engagement Rate, Bukan Cuma Jumlah Followers
Jangan mudah terpukau dengan angka followers. Yang lebih penting? Seberapa aktif audiensnya berinteraksi.
Rumus engagement rate (Instagram): (Jumlah like + komentar) ÷ jumlah followers × 100%
Benchmark kasar:
- <1% = Rendah
- 1–3% = Sedang
- 3% = Tinggi
Gunakan tools seperti HypeAuditor, Social Blade, atau Not Just Analytics untuk bantu analisis data secara cepat.
4. Pilih Influencer yang Relevan dengan Brand
Relevansi adalah kunci! Influencer yang tepat bukan cuma punya audiens yang sesuai, tapi juga punya nilai dan gaya komunikasi yang sejalan dengan brand kamu.
Checklist untuk memilih:
- Apakah influencer sering bahas topik terkait produkmu?
- Apakah audiens mereka cocok dengan target pasar kamu?
- Apakah mereka pernah promosi produk serupa?
Jangan ragu minta insight audiens dari influencer: lokasi, usia, interest, dan data engagement mereka.
5. Buat Brief yang Kreatif & Fleksibel
Influencer bukan billboard digital. Jangan kasih skrip kaku yang bikin mereka terdengar kayak robot endorse.
Tips bikin brief:
- Sampaikan tujuan campaign
- Berikan info produk secara lengkap
- Biarkan mereka menyampaikan dengan gaya sendiri
- Sertakan CTA (ajak audiens melakukan sesuatu)
Contoh CTA:
- “Coba sekarang lewat link di bio!”
- “Kasih tahu pengalaman kamu di kolom komentar!”
Influencer yang diberi kebebasan cenderung menghasilkan konten yang lebih natural dan dipercaya audiens.
6. Bangun Kolaborasi Jangka Panjang, Bukan Sekali Pakai
Campaign yang sekali lewat biasanya cepat dilupakan. Tapi kalau kamu bangun kerja sama jangka panjang, influencer bisa menjadi brand ambassador yang kredibel.
Keuntungan kerja sama jangka panjang:
- Audiens makin percaya karena melihat repetisi
- Influencer bisa lebih memahami produk & nilai brand
- Efektivitas kampanye meningkat seiring waktu
Tips: Jalin hubungan baik, kirim produk baru secara berkala, dan ajak diskusi soal campaign.
7. Ukur Hasil & ROI dengan Jelas
Setiap campaign harus bisa diukur keberhasilannya. ROI (Return on Investment) bukan cuma soal uang, tapi juga awareness, interaksi, dan konversi.
Indikator yang bisa diukur:
- Reach dan impression
- Engagement rate
- Kunjungan ke website atau landing page
- Jumlah pembelian atau konversi dari link affiliate/kode promo
Gunakan UTM tracking, Google Analytics, atau platform CRM untuk melacak performa campaign secara detail.
ROI nggak harus instan. Terkadang efek dari influencer marketing terasa setelah beberapa minggu atau bulan.
Influencer marketing bukan soal ikut tren, tapi soal membangun koneksi dan kepercayaan lewat wajah yang dipercaya audiens.
Kalau kamu bisa memilih influencer yang tepat, membangun kolaborasi kreatif, dan mengukur hasil dengan cermat – hasilnya bisa jauh lebih besar dari ekspektasi.
Yuk, mulai pilih influencer bukan karena terkenal, tapi karena relevan, engaging, dan punya pengaruh nyata.









